A Pilgrimage to Andalusia: Malaga

By Nur Inda Jazilah - Desember 25, 2018

Sebenarnya sewaktu kami berangkat belum officially winter break, tetapi mohon maklum kami manusia-manusia haus liburan setelah dua periode berjibaku dengan tugas dan bacaan. 

Berawal dari keisengan ngobrol dengan Mila tentang keinginan berziarah ke sisa-sisa kejayaan Islam di Andalusia, dengan bermodal tekad kuat berburulah kami untuk tiket pesawat murah ke Spanyol. Pada tanggal-tanggal winter break sudah pasti tiket-tiket harganya melambung, ndilalah kelas saya kuliah paling akhir adalah tanggal 18 Desember; terbelilah tiket pulang pergi Eindhoven - Malaga untuk tanggal 19 dan 23 Desember.

Konon katanya, Malaga adalah kota tertua di dunia yang berusia 2800 tahun. Adalah bangsa Fenisia yang menemukan kota ini pada tahun 770 SM, lalu pada tahun 6 M kota ini berada di bawah kekuasaan bangsa Kartago kuno, hingga pada tahun 218 M dikuasai oleh kerajaan Roma. Namun setelah tuntuhnya kerajaan Roma dan kerajaan Visigoth, kota ini dibawah kekuasaan Islam dengan nama Mālaqah (مالقة‎) selama 800 tahun. 

Long story short, sampailah kita di Malaga-Costal del Sol airport sekitar jam tiga sore. Kamu akan tahu bahwa kamu berada di antah berantah begitu kamu menyadari bahwa orang-orang di sekitarmu berbicara bahasa yang tak kamu mengerti. Hampir setahun setengah hidup di Belanda menjadikan kuping saya awas dengan bahasa Belanda. Namun, begitu mendarat di Spanyol, berasa mendarat di planet lain #lebay. Dirundung rasa lapar, kami memutuskan membeli pizza untuk memenuhi hajat hidup. Perut kenyang, jalan-jalan pun tenang.

Kami melanjutkan perjalanan ke Gibralfaro Castle dengan menggunakan bus dari bandara - hanya memerlukan waktu sekitar 20-an menit untuk sampai di halte bus terdekat dari castle tersebut. Selanjutnya hanya perlu menyebrang dan mendaki untuk sampai di castle. Belum separuh perjalanan, kami berhenti dan were mesmerized by the view. Malaga juga kota yang hangat  berangkat dari Amsterdam berbekal winter clothes lengkap dengan syal dan beanie, mereka tak lagi dibutuhkan. 
On our way to the castle
Tip pertama: berfotolah secukupnya. Terpukau dengan lanskap yang tidak kami temui di Belanda dengan semilir angin dan cuaca yang hangat, membuat kami terlena dan mengambil banyak foto.
Gotcha!
Teman perjalanan selama di ziarah di Andalusia
Oh ya, teman perjalanan kami yang lain, Atika. Ibu sekjen PPI Belanda yang tiba-tiba bergabung dengan perjalanan kami dengan membawa deadline dan pekerjaan selama trip. Maklum orang sibuk ✌
Penampakan Gibralfaro Castle


Diatas adalah penampakan Giralfaro castle dari bawah. Castle in terletak di kaki bukit dengan ketinggian 130 m. Nama Gibralfaro diklaim diturunkan dari kata bahasa Arab Jabal yang berarti batu atau gunung dan kata bahasa Yunani yang berarti cahaya, Jabal-Faro berarti gunung cahaya. 

Menerawang masa depan. Mila Muthia ⓒ
Puerto de Malaga
Port kota Malaga diambil ketika separuh perjalanan menuju castle. Terlalu banyak spot yang terlalu bagus untuk dilewatkan.
Mirador de Gibralfaro
I told you. Terlalu banyak view yang sayang untuk dilewatkan. Sepuluh langkah, berhenti, ambil foto, repeat. Ini yang menghambat perjalanan sampai puncak si castle. Apalagi foto-foto diri macam di bawah ini 😂
Muka kuyu maksa minta difoto. Atika Almira 
Alhasil, jam 17.50 kami baru sampai puncak (total perjalanan 50 menit, kebanyakan ambil foto sih!). Lalu ada mbak-mbak turun dan bilang kalau castle tutup jam 18. Tip kedua: jangan lupa cek jam operasi tourist attraction yang akan kamu tuju. Plus, tip pertama selalu berlaku dimana saja haha. Selanjutnya, kami memutuskan untuk turun dan meneruskan perjalanan ke kota selanjutnya. Tak dinyana, ada mas-mas – yang aku yakini seorang British dari aksennya – turun dari pinggiran castle dan bilang kalau pemandangan dari situ bagus, banget. Setelah berjuang memanjat dinding castle, terlihatlah view yang sungguh aduhai. Makin aduhai karena sunset 😍
Terima kasih, Mas. Kau sudah menunjukkan keindahan ini.
Puas berfoto dan menikmati senja – not to mention difficulties that we faced during climbing the castle's wall, kami bergegas turun untuk mengejar bus ke stasiun Malaga pukul 20. Bahkan ada ibu-ibu yang membantu menjaga barang bawaan kami ketika kami melompati dinding. Si ibu berkata, "you parents will be mad if they know you climb the wall, you may fall". Maaf bu, saya tak kuasa menolak ajakan masnya 😆
Selife menutup perjalanan pada senja di Malaga sebelum bertolak ke Granada
Merasa belum lengkap jika belum ada foto swafoto – inginku memakai kata ini seterusnya tapi kok gimana gitu, padahal seharusnya buru-buru bertolak ke stasiun. Tapi tetep, selfie! Itupun juga hasil yang paling bagus setelah belasan take haha.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya tentang ziarah Andalusia!


Amsterdam,
25 Desember 2018
Lewat tengah malam  butuh pelarian dari formulating research question

  • Share:

You Might Also Like

2 comments